PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Saturday, March 6, 2021
EMBUNG MIKRO MANFAAT MAKRO
EMBUNG MIKRO MANFAAT MAKRO
Kurangnya air untuk irigasi di daerah tadah hujan menjadi masalah krusial yang terjadi berulang pada tiap tahun. Di wilyah ini terdapat dua istilah musim tanam yaitu musim rendengan dan musim gadu. Dengan masa tanam dua kali per tahun, para petani di desa ini selalu menghadapi masalah yang sama, terlambat tanam di musim rendengan (Istilah masa tanam padi di awal musim penghujan (masa tanam pertama), seringkali petani terlambat tanam dan terlambat membajak sawah karena minimnya air. Terkadang benih yang sudah ditebar gagal tumbuh dan sawah yang sudah dibajak kering kembali karena kekurangan air) dan risiko gagal panen di musim gadu . (istilah masa tanam padi kedua di penghujung musim penghujan, petani seringkali gagal panen di fase ini jika musim kemarau datang lebih awal.). Tahun 2012, Pak Suharno warga Desa Sido Mukti membangun mikro embung secara swadaya dan menjadi satu-satunya petani yang berhasil panen di musim gadu tahun 2015. Langkah inovatif beliau kemudian ditiru oleh para petani yang lain dengan difasilitasi oleh Gapoktan. Hingga akhir tahun 2018 ini, tercatat sudah 14 unit embung yang terbangun, dan mengurangi resiko gagal panen, meningkatkan produksi padi hingga 30%, bahkan cadangan airnya digunakan untuk air minum dan MCK
Desa Sido Mukti, secara geografis adalah dataran tadah hujan, kondisi desa minim sumber air, tidak ada sungai besar; Tiap tahun pada musim kemarau selalu terjadi kekeringan, sawah dan ladang menjadi kurang produktif, masyarakat juga kesulitan mendapatkan pasokan air bersih untuk minum dan MCK; Puncak kemarau panjang seperti yang terjadi pada tahun 1997 menyebabkan gagal panen dan peristiwa yang sama terulang tahun 2002, dan 2015. Lebih dari 500 hektar sawah kekeringan dan gagal panen. Inovasi Kondisi minimnya sumber air irigasi untuk pengariran sawah menginspirasi warga desa untuk membangun embung sebagai media tampung air di desa. Pembngunan Mikro Embung Penangkap Air Multiguna secara swadaya masyarakat dan pemerintah desa untuk mengatasi kekurangan persediaan air pada musim kemarau.
Setelah bertahun-tahun selalu terancam kekurangan air, para petani memiliki ide untuk membuat embung sebagai tampungan air. Dalam musyawarah Poktan, berupaya untuk mencari pendanaan ke jalur pemerintah daerah, namun mengalami kesulitan. Tahun 2012, Bapak Suharno, ketua kelompok tani penangkar benih “Sido Maju”, berinisiatif untuk membuat embung berukuran mikro, 15m x 40m secara swadaya. Dengan himbauan dari pengurus Gapoktan melalui forum rembug tani,
Embung Mikro Manfaat Makro Desa Sido Mukti Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Dokumen Pemberdayaan Inovasi Desa kemudian direplikasi oleh beberapa petani yang lain dengan ukuran yang lebih kecil lagi untuk menekan biaya dan menghemat lahan. Namun banyak juga petani yang belum bersedia membangun mikro embung swadaya di lahan mereka. Tahun 2017, dalam forum musyawarah dusun, salah satu kelompok tani memberikan usulan supaya pemerintah desa dapat membuat embung dengan kapasitas yang lebih besar. Usulan ini kemudian diangkat dalam Musyawarah Rencana Pembangunan Desa dan masuk dalam prioritas pembangunan, tercatat dalam dokumen RKPDes dan APBDes 2018. Tahun 2018, pembangunan mikro embung berukuran panjang 55 meter, lebar 15 meter dan kedalaman 4 meter ini terealisasi dengan anggaran Dana Desa senilai 102 juta rupiah.
Sampai tahun 2018, tercatat ada 14 mikro embung yang telah terbangun dan dimanfaatkan di Desa Sidomukti dengan ukuran yang bervariatif; 13 unit diantaranya dibangun secara swadaya dan mampu membantu mengairi sawah antara 1 s.d. 8 hektar sawah per unit. Dengan adanya embung ini, petani terhindar dari resiko terlambat tanam di musim rendengan dan gagal panen di musim gadu. Sawah yang dibantu oleh mikro embung, hasilnya bisa meningkat sampai 30% karena proses pertumbuhan tanaman danpemupukan bisa dimaksimalkan. Padai musim kemarau, embung- embung ini juga menjadi sumber utama kebutuhan air masyarakat untuk minum dan MCK. Air dari embung diangkut dan didistribusikan ke rumah-rumah penduduk, bahkan sampai ke luar desa Sidomukti.
Pembelajaran Embung menjawab permasalahan kurangnya pasokan air di daerah tadah hujan ketika musim kemarau. Biaya yang besar bisa disiasati dengan membangun versi mikro- nya. Keterlibatan masyarakat menyelesaikan masalah bersama ini juga menjadi kunci utama keberhasilan program ini. Kerelaan mereka untuk menyediakan lokasi mikro embung di tanah pribadi dan membangunnya secara swadaya juga patut diapresiasi. Meski mikro embung yang terbangun tetap menjadi milik pribadi, tapi pemanfaatannya adalah untuk umum, untuk kepentingan bersama. Ini adalah contoh nyata konsep gotong royong dan azas kebersamaan di negeri ini
Membangun embung tidak harus mahal. Yang sederhana, berukuran mikro dan berbiaya rendah pun memiliki fungsi yang sama. Melibatkan seluruh masyarakat dalam proses pembangunannya akan memperbesar tingkat keberhasilannya. Sosialisasi yang gencar tentang manfaat mikro embung lebih efektif secara informal dari mulut ke mulut.
Kontak Informasi
M. Nurul Sukron, (Kaur Umum & Perencanaan Desa), No. HP 085252625399 Witomo, (Sekretaris Gapoktan Tani Makmur) ,No. HP 0852 4648 4060 Ahmad Gazali, (TPID Muara Kaman).No. HP 081210010205
Di Sarikan dari Menu Nasional BID PID P3MD 2019
Subscribe to:
Posts (Atom)