Monday, February 22, 2021

MENGOLAH KOTORAN SAPI MENJADI PUPUK BOKHASI Salah satu UPK BUMDes Desa Tanjung Raja, Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan adalah bank sampah yang memanfaatkan kotoran sapi menjadi pupuk bokasi. Dari inisiatif awal untuk memenuhi kebutuhan perkebunan BUMDes di desa, telah berkembang menjadikan desa sebagai tempat percontohan dan tempat belajar membuat pupuk bokasi. Latar belakang  Banyaknya kotoran sapi milik warga yang menumpuk dan belum dikelola mendorong Pemerintah Desa Tanjung Raja Kecamatana Mura Enim Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan membangun BUMDES dengan salah satu UPK berbentuk bank sampah untuk pembuatan pupuk bokasi yang bersumber dari Dana Desa (DD) Tahun Anggaran 2017-2018.  Desa yang tadinya belum memiliki sarana prasarana pengelolaan sampah, kini sudah memiliki bank sampah sebagai tempat pembuatan pupuk bokasi yang produksinya mampu memenuhi kebutuhan perkebunan BUMDES di desa.  SDM desa yang sebelumnya terbatas dalam pengelolaan sampah, kini menjadi narasumber bagi desa lain dalam pembelajaran tentang pengelolaan sampah. Solusi Menjadikan pengalaman desa sebagai tempat edukasi pengelolaan sampah dari kotoran sapi menjadi pupuk bokasi. Proses  Melakukan Musrenbangdes tahun 2016 untuk menyepakati pembngunan bank sampah sebagai saran pengelolaan sampah / kotoran sapi menjadi pupuk bokasi yang akan dikelola oleh BUMDES  Pemerintah Desa Tanjung Raja mencari solusi untuk segera menyediakan mesin pengelola sampah / mesin pencaca sampah organik.  Melakukan pelatihan pembuat pupuk bokasi.  Pemerintah Desa memasukan usulan penambahan gedung bank sampah melalui recana kegiatan pemerintah (RKP) Tahun2019  Pada tahun 2018 pemerintah Desa merealisasikan pupuk model BUMDES. Untuk pembutan pupuk bokasi. Hasil  Masyarakat mengikuti alternatifdalam memilih pupuk Organik bokasi selain pupuk An organik.  Telah terjadinya tempat edukasi pengelolaan pupuk Pengelolaan Kotoran Sapi Menjadi Pupuk Bokashi Desa Tanjung Raya Kecamatan Muara Enim Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera  Desa Tanjung Raja menjadi tempt belajar bagi desa lain dalam pengelolaan Dana Desa dan pupuk bokasi.  Sarana pengelolaan sampah dan kotoran sapi menjadi percontohan di tingkat Kabupaten.  Sarana merintis bank sampah melalui pemberdayaan desa. Pembelajaran Pembangunan Desa yang berwala dari pemanfaatan sumber daya alam (SDA) Desa sebagai prioritas pembangunan dapat menjadi input dalam penggunaan dan pengelolaan Dana Desa (DD) yang tepat sasaran. Sehingga menjadi salah satu sumber penghasilan Desa. Rekomendasi  Mempromosikan keberadaan desa ekowisata ditingkat Kabupaten hingga ke tingkat Nasoional.  Membangun sarana prasarana pendukung Desa Agrowisata seperti: akses jalan, Lampu Penerangan Jalan , Gedung dan Mesin pengolah sampah. Kontak Informasi  Hisuliadi (Kepala Desa) : 0812 – 7068 - 9387  Yuni Hastuti (Pengurus BUMDesa): 0822 – 8264 – 1349 Di sarikan dari Menu Nasional BID – PID 2019
MENGOLAH KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS Desa Jayakarta, Kecamatan Talang Empat, Kabupaten Bengkulu Tengah, dengan luas wilayah 450 Ha 80% lokasi Jayakarta daratan dan 20% perairan. Mayoritas penduduk bermata pencarian disektor pertanian dan perternakan. Sektor perternakan yaitu sapi yang banyak diusahakan oleh ampir seluruh masyarakat yang berada di Desa Jayakarta. Latar Belakang  Sebagian besar masyarakat Desa Jayakarta sebagai petani dan peternak  Banyaknya kotoran ternak menjadi penyebab  Tidak mengetahui bagaimana mengolah kotoran ternak agar bisa bermanfaat, Tahun 2015 melalui program dari dinas pertanian Bengkulu Utara Desa Jayanegara memperoleh bantuan berupa peralatan dan pembinaan pengolahan Biogas. Pemilihan bantuan tentu dengan mempertimbangkan aspek Desa Jayakarta adalah lumbung pertenakan. Selama ini masyaraka desa untuk memenuhi bahan bakar untuk memasak dari mengumpulkan kayu atau bahas gas elpiji. Kedua bahan bakar diatas tentu sangat terbatas pemakaiannya disamping akan berdampak pada lingkungan juga dari segi ekonomi relatif lebih mahal. Sentuhan pemberdayaan hadir untuk memberikan solusi dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Inovasi Mengikuti pelatihan cara membuat kotoran ternak agar menjadi Biogas dan menerapkan secara mandiri dan kelompok di kandang dan lahan ternak masyarakat peserta latihan. Proses  Kelompok Tani Seri Rezeki mengadakan musyawarah desa untuk membicarakan ide untuk mengikuti pelatihan pembuatan biogas terbak  Kelompok dan Kepala Desa mengajukan kepada Dinas Pertanian dan Perternakan. Mengikuti pelatihan yg telah di adakan oleh pemerintah  Kelompok Tani Seri Rezeki dan Kades bersama perangkat desa di latih cara pembauatan biogas dari kotoran ternak dan di beri bantukan alat-alat yang dibutuhkan saat proses pembuatan biogas langsung penyaluran gas dan tempat berkumpulnya gas.  Kelompok Tani Seri Rezeki yang sudah mengikuti pelatihan memperaktekan secara mandiri dan kelompok pembuatan kotoran ternak menjadi gas yg bisa dipakai utnuk kegiatan dapur seharihari. Dan juga sisa dari proses pembuatan gas bisa untuk dijadikan sebuah pupuk tanaman sayuran dan buah. Hasil Kelompok Tani Seri Rezeki dan Warga Desa Jayakarta yang memiliki ternak sapi bisa membuat ataupun proses dari kotoran sapi menjadi biogas yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Adapun dengan hasil gas yg dibuat dari kotoran ternak sapi ini, bisa membantu kebutuhan di dapur terutama gas untuk keperluan memasak, dari gas itu juga bisa juga digunak untuk penerangan lampu , dan dari limbah proses pembuatan gas bisa digunakan untuk menjadi pupuk tani seperti buahbuahan dan sayuran. Pembelajaran Kekompakan dan kemauan yang keras bisa membantu meningkatkatkan pengetahuan dan keterampilan warga desa sehingga ahli Dibidang proses pembuatan biogas dari kotoran ternak dan pengetahuan tersebut bisa di bagi ke desa lain. Rekomendasi Tindak lanjut pengembangan pembuatan kotoran ternak menjadi biogas bisa menunjang kebutuhan keperluan seharihari yang ada di Desa Jayakarta, dan dengan adanya biogas dari kotoran ternak ini membuat lebih ekonomis dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kontak Informasi  Bapak Sugianto No Hp : 0822 8214 9084 Di sarikan dari Menu Nasional BID – PID 2019
BUNKER SAPI Desa Wonodadi Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung merupakan desa dengan jumlah penduduk sekitar 5.400 jiwa, yang bermata pencaharian sebagai petani dan peternak sapi. Berawal dari adanya berbagai faktor permasalahan yang ada di Desa Wonodadi maka solusi untuk membuat bunker sapi ini terusulkan oleh masyarakat desa. Proses pembuatan bunker dilakukan oleh masyarakat setempat dengan menyewa lahan kosong milik warga setempat untuk kemudian proses pembangunananya masyarakat setempat bergotong royong dalam membangun bunker tersebut. Dengan adanya bunker sapi ini penghasilan masyarakat khususnya petani sapi meningkat karena kotoran sapi diolah lagi menjadi pupuk kandang. Selain itu dengan adanya bunker sapi ini membuka lowongan pekerjaan bagi ibu-ibu rumah tangga yang ikut serta dalam mengolah kotoran sapi menjadi pupuk kandang yang memiliki nilai jual. Pengelolaan bunker sapi di Desa Wonodadi menghasilkan banyak keuntungan masyarakat setempat, salah satu keuntungan yang sangat besar yaitu kini lahan yang di sewa sudah dapat di beli dan dipergunakan oleh masyarakat tanpa sewa. Latar Belakang  Keresahan warga terhadap hewan ternak sapi yang sering hilang mengingat banyaknya jumlah peternak sapi di Desa Wonodadi.  Banyaknya waktu dan tenaga yang terbuang untuk ronda malam.  Adanya permasalahan pencemaran lingkungan akibat kotoran sapi.  Terbatasnya lahan kosong di wilayah sekitar. Inovasi Permasalahan di Desa Wonodadi akhirnya teratasi dengan inovasi pembuatan bunker sapi dengan menyewa lahan yang cukup luas milik warga setempat. Proses  Melalui Musyawarah Desa, Kepala Desa Wonodadi menyampaikan gagasan dan rencananya menyelesaikan permasalahan lahan dengan cara membangun bunker Sapi. Sebagai langkah awal disepakati untuk menyewa lahan milik warga yang cukup luas.  Proses pelaksanaan pembuatan bunker dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat setempat.  Untuk pengamanan, kebersihan bunker dan pakan ternak dikelola oleh pemilik ternak yang tergabung dalam suatu kelompok.  Kotoran sapi dikelola oleh ibuibu rumah tangga menjadi pupuk kandang yang memiliki nilai jual.  Kotoran sapi yang telah diolah kemudian disetorkan kepada pengusaha pengelola pupuk kandang yang sebelumnya telah melakukan kerjasama dengan desa. Hasil  Masyarakat Desa Wonodadi memiliki lapangan pekerjaan baru sebagai pengelolah kotoran sapi / pupuk kandang.  Masyarakat sekitar khususnya ibu-ibu rumah tangga mendapatkan penghasilan tambahan karena mengelola kotoran sapi menjadi pupuk kandang.  Lahan tempat bunker sapi yang semula menyewa sekarang menjadi milik warga setempat.  Masyarakat tidak lagi resah atas kehilangan hewan ternak maupun pencemaran lingkungan. Pembelajaran  Kotoran sapi yang awalnya mencemari lingkungan kini menjadi pendapatan yang meningkatkan ekonomi desa.  Warga masyarakat mampu menghasilkan aset yang berawal mula dari permasalahan yang ada di desa. Rekomendasi  Membeli mesin pengolah dan packaging pupuk kandang sehingga mampu memproduksi pupuk kandang sendiri yang siap jual.  Menjalin kerjasama dengan pengusaha pupuk kandang di luar wilayah desa, sehingga dapat memperkenalkan pupuk kandang khas Desa Wonodadi. Kontak Informasi  Marino (Kepala Desa Wonodadi) : 0812 6031 5350  Maridi (Pengelola Bunker) : 081272179554  Subardan (Inisiator Bunker) : 082178542078 Di sarikan dari Menu Nasional BID – PID 2019

CARA MEMBUAT FERMENTASI PAKAN TERNAK UNTUK SAPI DAN KAMBING (Bag.03)

CARA MEMBUAT FERMENTASI PAKAN TERNAK UNTUK SAPI DAN KAMBING (Bag.03) Pakan fermentasi untuk kambing sebaiknya diberikan dengan ukuran yang lebih kecil.Berikut tahapan yang bisa dilakukan bagi para pembudidaya yang ingin membuat sendiri. Jerami/pohon pisang (debog, sebagai alternatif jerami) dipotong-­potong/dicacah kecil-kecil. Lalu siapkan larutan dari gula dan parutan nanas dicampur dengan air untuk fermentasi basah (gedebog) 1 liter dan jumlah air untuk fermentasi kering (jerami) sebayak 10 liter. Di sisi lain, campurkan bahan utama yaitu jerami/ pohon pisang, ampas tahu dan katul ke dalam wadah yang besar. Larutan yang berisi air, gula pasir dan parutan nanas 1 buah tadi aduk rata dan diamkan sejenak selama kurang lebih 15 menit. Kemudian masukan lagi larutan itu kedalam air ±10 liter lalu siramkan secara merata ke dalam campuran pakan dalam wadah besar, kemudian sebagai tambahan taburkan garam dan aduk lagi terus menerus hingga semuanya tercampur rata. Masukan pakan kedalam ember/drum plastik lalu tutup dengan terpal/plastik tujuannya agar kedap udara selama kurang lebih 1 hari jika menggunakan bahan jerami (Kering) dan jika menggunakan bahan batang pohon pisang/debog (Basah) cukup 1-3 jam. Pakan fermentasi siap untuk diberikan pada ternak kambing atau sapi setiap pagi dan sore. Bersambung……..