Sunday, February 3, 2013

STRATEGI GURU DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN SISWA



(Paparan ini di angkat dari karya Ilmiah Lailiya Rosyida yang berjudul "Strategi guru dalam membentuk kemandirian belajar siswa  MI Annidhom Branggahan Ngadiluwih Kediri")

  STRATEGI GURU DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN SISWA
Berdasarkan hasil interview atau wawancara dengan kepala madrasah yang didukung pula oleh hasil observasi, diperoleh data atau penjelasan-penjelasan.
   Pendidikan agama merupakan salah satu bidang studi yang termasuk bidang inti yang wajib diikuti oleh para siswa selama menjadi peserta didik di madrasah ini. Dengan posisi pendidikan agama yang demikian berarti kemampuan siswa dalam bidang studi agama menentukan tingkat kemampuan siswa, tentu saja bukan nilai bidang studi yang menjadi penentu, namun pengalaman dan tingkah laku sehari-hari menjadi perhitungan yang utama.
   Proses pelaksanaan pendidikan agama dalam proses belajar mengajar di madrasah ini menjadi tanggung jawab guru agama sepenuhnya. Sedangkan penanggung jawab umum dalam pelaksanaan pendidikan agama dan persoalan yang timbul di MI menjadi tanggung jawab kepala madrasah. Oleh karena itu bila menginginkan mutu pendidikan meningkat maka diperlukan para guru yang profesional, punya kompetensi dan bisa memberikan uswatun khasanah (teladan). Bukan hanya bisa memberikan mauidhoh khasanah (ceramah). Mengingat peran pendidikan agama dalam kehidupan ini sangat vital, maka ada upaya-upaya dari madrasah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang antara lain berkaitan dengan kurikulum, kualitas guru, sarana dan prasarana pendidikan serta hubungan madrasah dengan masyarakat.
   Adapun strategi madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan sebagaimana yang telah peneliti dapatkan pada rapat guru rutin :
1.      Perbaikan kurikulum
Munculnya perilaku remaja sekolah yang kurang terpuji sekarang ini seperti tawuran pelajar, narkoba, miras dan pergaulan bebas diakibatkan sedikitnya jam pelajaran agama. Isi agama Islam terlalu akademis, terlalu banyak topik, sedangkan akhlak dalam perilaku tidak diperhatikan. Yang ada bersifat kognitif dan hafalan, oleh karena itu kurikulum pendidikan agama perlu disempurnakan terus menerus sehingga mencapai komposisi materi pelajaran agama yang profesional dan fungsional. Maka dari itu upaya madrasah ini menambah jam pelajaran agama khususnya pelajaran akhlak agar menjadi anak yang berakhlakul karimah. Buktinya bahwa MI Annidhom terhindar dari narkoba, miras, serta tawuran dan pergaulan bebas. Selain itu pendekatan pelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik dengan pendekatan terpadu dan menyeluruh. Bahwa MI Annidhom mempunyai program untuk pembinaan keagamaan khususnya masalah juz amma, yaitu 25 menit sebelum pelajaran dimulai. Para siswa diwajibkan hafalan juz amma yang telah disesuaikan dengan tingkat kelas masing-masing. Sehingga dengan harapan sampai akhir kelas 6 sudah hafal juz amma secara keseluruhan. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam hafalan juz amma tiap akhir semester diadakan test hafalan sesuai tingkatan kelas yang kemudian hasilnya diisikan dalam raport. Untuk pembinaan spiritual religius diadakan pelaksanaan sholat dhuha pada jam istirahat kurang lebih 15 menit. Hal ini dimaksudkan untuk melatih siswa agar terbiasa melakukan perbuatan yang disunnahkan dan melatih mereka agar bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.[1]

2.   Peningkatan kualitas guru
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode wawancara dengan kepala MI Annidhom bahwa berhasil tidaknya proses pendidikan tergantung pada seorang pendidik atau guru, karena guru tenaga pendidikan yang mempunyai kesempatan yang paling besar untuk mempengaruhi siswa baik pengaruh positif maupun negatif. Usaha nyata dari madrasah oleh kepala MI Annidhom dalam meningkatkan kualitas tenaga kependidikan antara lain :
a.       mengadakan pembinaan guru secara berkala (supervisi)
b.      mengikutsertakan guru dalam pelatihan-pelatihan keprofesionalan guru yang diadakan oleh instansi pemerintah.
c.       mengadakan diskusi tentang masalah keagamaan.
d.      pengembangan peningkatan kesejahteraan guru.
e.       memberikan dorongan dan intruksi agar para guru  lebih memiliki kompetensi, etos kerja yang tinggi, tanggung jawab, moral, sikap disiplin dan kelayakan dalam mengajar.
f.       Bekerjasama secara harmonis dengan para tenaga kependidikan guna mendukung tercapai program madrasah.[2]
3.   Peningkatan sarana dan prasarana
Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode wawancara, usaha peningkatan mutu pendidikan tidak bisa lepas dari peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, untuk sarana ibadah MI Annidhom telah tersedia sebuah musholla meskipun bukan milik sendiri tapi berada satu lokasi yang memudahkan madrasah dalam pembinaan keagamaan baik untuk kegiatan praktek ibadah maupun kegiatan agama lainnya. Selain itu upaya yang bisa dilakukan madrasah dalam peningkatan sarana dan prasarana pendidikan adalah pengadaan atau penambahan buku-buku keagamaan dan penambahan buku-buku cerita yang berisi pendidikan moral yang bernafaskan Islam dan penambahan komputer dan alat-alat olah raga serta kesenian, misalnya drum band.[3]
4.   Peningkatan hubungan madrasah dengan masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Madrasah merupakan tempat pembinaan dan pengembangan pengetahuan dan kebudayaan yang dikehendaki oleh masyarakat dimana madrasah itu ada. Sebaliknya masyarakat diharapkan membantu dan bekerjasama dengan madrasah agar program madrasah berjalan lancar dan out put yang dihasilkan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Usaha yang bisa dilakukan MI Annidhom dalam peningkatan mutu pendidikan yang berkaitan dengan hubungan madrasah dengan masyarakat antara lain :
a.       memberikan informasi yang benar, tepat dan transparan mengenai program kependidikan yang dijalankan madrasah.
b.      masyarakat diminta partisipasi dalam pengambilan keputusan terkait dengan arah dan tujuan pendidikan dan mampu berpartisipasi dalam pelaksanaan program pendidikan berbentuk sumbangan material dan moral (nasehat).
c.       secara berkala diadakan pertemuan dengan pihak komite sekolah selalu ada komunikasi dengan orang tua siswa yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan baik. Hal ini perlu dilakukan karena keberhasilan program pendidikan tidak hanya ditentukan oleh lembaga pendidikan tetapi juga ditentukan oleh orang tua siswa sebagai mitra pendidikan, terutama masalah pendidikan agama di rumah. Orang tua dituntut untuk ekstra ketat dalam pengawasan pendidikan agama anak-anaknya karena bagaimanapun juga lingkungan keluarga sangat menentukan berhasil tidaknya penanaman nilai-nilai agama bagi peserta didik. Karena di rumah waktu untuk mendidik lebih lama bila dibandingkan di sekolah yang hanya beberapa jam. [4]



[1] Wawancara dengan ibu kepala sekolah tentang perbaikan program kurikulum tanggal 12 Juni 2011
[2] Wawancara dengan kepala madrasah tentang peningkatan kualitas guru tanggal 12 Juni 2011
[3] Wawancara dengan kepala madrasah tentang olah raga tanggal 12 Juni 2011
[4] Wawancara dengan kepala madrasah tentang peningkatan hubungan madrasah dengan masyarakat tanggal 12 Juni 2011

REFLEKSI KEMISKINAN PERKOTAAN

 (Cara pandang PNPM Mandiri Perkotaan dalam menemu kenali sebab-sebab kemiskinan dan akar masalah penyebab kemiskinan)

REFLEKSI KEMISKINAN
 
Refleksi Kemiskinan dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat terhadap
akar penyebab masalah kemiskinan. Kesadaran kritis ini menjadi penting, karena selama ini
seringkali dalam berbagai program yang menempatkan masyarakat sebagai ’objek’
seringkali masyarakat diajak untuk melakukan berbagai upaya pemecahan masalah tanpa
mengetahui dan menyadari masalah yang sebenarnya (masalah dirumuskan oleh ’Orang
Luar’).Kondisi tersebut menyebabkan dalam pemecahan masalah masyarakat hanya
sekedar melaksanakan kehendak ’Orang Luar’ atau karena tergiur dengan ’iming – iming’
bantuan uang, bukan melaksanakan kegiatan karena benar – benar menyadari bahwa
kegiatan tersebut memang bermanfaat bagi pemecahan masalah mereka.
Dalam pelaksanaannya, ada 2 hal penting yang harus dilakukan dalam Refleksi Kemiskinan, yaitu
Olah Rasa dan Olah Pikir , sehingga pendalaman yang dilakukan melibatkan mental, rasa dan
karsa.
Olah Pikir; Proses ini merupakan analisis kritis terhadap permasalahan kemiskinan yang
dihadapi masyarakat, untuk membuka mekanisme – mekanisme yang selama ini sering
tidak tergali dan tersembunyi di dalamnya. Analisa kritis terhadap permasalahan
kemiskinan sering juga disebut sebagai analisa sosial, artinya mencari secara kritis
hubungan sebab akibat, sampai hal –hal yang paling dalam sehingga dapat ditemukan akar
permasalahan kemiskinan yang sebenarnya. Setiap kondisi,baik itu eksternal maupun
internal, harus ditelusuri dan kemudian dicari hubungan sebab akibatnya dalam suatu
kerangka yang logis. Dalam hal ini setiap orang yang terlibat dalam refleksi belajar untuk
berpikir analitis dan logis, sehingga diharapkan tumbuh kesadaran kritis terhadap berbagai
penyebab kemiskinan yang berakar pada lunturnya nilai – nilai kemanusiaan.
Olah Rasa; adalah upaya untuk merefleksikan ke dalam terutama yang menyangkut sikap
dan perilaku mereka terhadap permasalahan kemiskinan. Upaya olah rasa lebih menyentuh
’hati’ masing – masing orang yang terlibat dalam proses refleksi untuk merenungkan apa
yang telah diperbuat, dilakukan, sumbangan apa yang telah diberikan untuk melakukan
upaya penanggulangan kemiskinan dan bagi kesejahteraan dan perbaikan hidup
masyarakat. Artinya dalam olah rasa lebih menitikberatkan kepada sikap dan perilaku yang
berhubungan dengan nilai – nilai luhur manusia ( memanusiakan manusia ). Diharapkan
akan tumbuh kesadaran masing-masing bahwa manusia yang berdaya adalah ’Manusia
yang mampu menjalankan fitrahnya sebagai manusia, manusia yang berbeda
dengan makhluk lain, yaitu manusia yang mampu memberi dan mengabdikan
kehidupannya untuk kesejahteraan umat manusia’.
Dari olah pikir dan olah rasa di atas, diharapkan cara pandang peserta yang terlibat dalam diskusi
akan berubah dan berimplikasi pada :
Kesadaran bahwa seharusnya mereka tidak menjadi bagian yang menambah persoalan,
tetapi merupakan bagian dari pemecahan masalah dengan cara berkehendak untuk
memelihara nilai – nilai luhur kemanusiaan.
Tumbuhnya pemahaman bahwa sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai – nilai luhur,
merupakan awal dari tumbuhnya modal sosial, sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan
pihak luar terhadap masyarakat setempat.
Tumbuhnya kesadaran untuk malakukan upaya perbaikan, yang dimulai dari diri sendiri.
Sehingga setiap anggota masyarakat seharusnya mampu untuk memberikan sumbangan
(baik tenaga, waktu,pikiran, ruang bagi kelompok lain untuk berpartisipasi, berdemokrasi,
dsb) untuk bersama – sama menanggulangi masalah kemiskinan.